Pertanggungjawab Mutu Siaran “Drama TV”

Oleh: Rd. Lingga Wisjnu MS.

DUA macam kategori menentukan nilai dan mutu siaran Drama TV. Pertama dari segi pilihan cerita, dan kedua dari segi produksi sendiri. Artinya pertama ideal sedang kedua teknis artistik.

Disamping adanya dua unsur pokok yang menentukan ini, masalah castingpun memegang peranan penting pula. Karena tanpa adanya manusia-manusia yang menghidupi cerita itu sendiri, meskipun ideal dan teknis artistik dapat dipertanggung jawabkan, unsur manusia pada akhirnya yang memegang peranan penting pula.

Adanya televisi di Indonesia yang notabene menyediakan ruangan acara Drama TV bagi beberapa siswa ATNI merupakan sasaran empuk untuk mempraktekkan pelajaran Drama melalui siaran TV.

Dengan modal ini mereka sudah bisa mengadakan pertunjukan Drama di TV. Masalah keanggotaan bisa nge”bon” dari berbagai organisasi drama yang ada di Jakarta. Dengan cara demikian masalah pemain bukan merupakan suatu persoalan yang rumit, tetapi yang penting “bisa” mengadakan siaran Drama di TV.

Masalah “Mis-casting” dan Waktu Siaran

SERINGKALI terjadi siaran Drama TV menghadapi kekecewaan disebabkan adanya mis-casting. Ditinjau dari segi performance sendiri acara siaran drama TV semacam ini sangat merugikan. Bahkan bisa menimbulkan tuduhan dari pihak pirsawan seolah-olah petugas TV tidak becus dalam memilih dan menyiarkan acara Drama TV.

Di lain pihak, adakalanya timbul sikap yang apatis, terhadap segala macam bentuk tawaran yang dikemukakan pada beberapa organisasi Drama di Ibukota. Beberapa sutradara dan pemimpin organisasi Drama di Ibukota mempunyai tanggapan bahwa siaran Drama melalui TV seratus prosen pertanggungan jawab TV, karena ia merupakan produksi TVRI, bukan pertanggung jawab organisasi Drama itu sendiri.

Anggapan ini sebenarnya salah. Meskipun apa yang disiarkan oleh TV selalu dicantumkan produksi TVRI namun perlu pula diingat bahwa produksi itu selalu mengetengahkan nama dari Organisasi Drama yang mempergelarkan atau membawakannya. Jadi dengan cara demikian akan muncul dua macam penilaian terhadap acara siaran Drama TV itu sendiri. Pertama yang ditanyakan oleh masyarakat, Organisasi Drama mana yang mempergelarkan Drama TV semalam, dan yang kedua baru masyarakat akan menjatuhkan penilaiannya kepada acara TV itu sendiri.

Yang sulit dituntut ialah terhadap organisasi teater ngobyek. Mereka seenaknya saja mengkombinasikan segala macam tokoh ke dalam cerita yang sedang digarap, tanpa memperhatikan apakah peran yang diserahkan kepada aktor tersebut sesuai dan memadai atau tidak. Yang penting bisa ikut siaran, namanya dibicarakan orang dan setidak-tidaknya “jasa baik”nya di TV bisa dijadikan modal untuk mencari modal untuk “obyek” di perusahaan swasta atau pada organisasi kebudayaan yang belum memiliki bagian ini.

Tahun 1971 TV-RI mengadakan Screening

BERDASARKAN pengalaman pada tahun-tahun yang sudah-sudah, maka untuk selanjutnya TVRI merencanakan siaran drama TV hanya kepada Organisasi Drama yang mempunyai pimpinan, pengurus, sutradara dan anggota yang tetap. Dengan cara demikian, akan timbul suatu pertanggung jawab timbal balik.

Di ibukota organisasi Drama yang betul-betul diorganisir dan memang mempunyai program yang terarah, jumlahnya sedikit sekali. Kita bisa mencatat organisasi Drama; Teater Populer HI yang dipimpin Teguh Karya, Teater Kecil yang dipimpin Arifin C. Noer, HSBI yang dipimpin oleh Alwi AS, LESBUMI yang dipimpin oleh H. Mansjursjah, Teater Veritas yang dipimpin oleh Deddy Sutomo dengan pelindungnya Pater Daniels.

Sedangkan organisasi Drama Daerah yang seringkali direncanakan oleh TV, dari Bandung ialah Studi Club Teater Bandung dengan pimpinan Sujatna Anirun dan Studi Teater Bogor pimpinan Umar Machdam. Bandung pernah mempunyai tiga organisasi drama ialah dari Akademi, Teater Perintis dan yang belakangan STB. Tapi kenyataan dari ketiga nama ini, masalah keanggotaannya terdiri dari orang-orang itu juga.

Sehingga pada akhirnya STB-lah yang  tetap abadi, sedangkan yang lainnya karena pimpinannya pindah ke Ibukota dan ada yang belajar ke Perancis, akhirnya kegiatannya dibekukan untuk sementara.

TV dan Taman Ismail Marzuki

KALAU TV sudah mengadakan  screening terhadap beberapa organisasi  Drama yang ngobyek, rupanya Taman Ismail Marzuki lain lagi caranya.  Pada organisasi drama daerah yang bisanya cuma mengeritik melalui harian-harian kemudian diberinya kesempatan untuk mengadakan pertunjukan, tapi dengan “catatan” dalam beberapa benak organisator Dewan Kesenian Jakarta bahwa penampilan mereka di Taman Ismail Marzuki sekedar untuk dibantai oleh “jaga-jagal” kebudayaan.

Kesempatan penampilan di Taman Ismail Marzuki sebenarnya bukan untuk menganak-tirikan daerah tapi untuk memberi peringatan bahwa mutu permainan mereka masih jauh dari sempurna. Dan biasanya orang yang sudah dewasa tidak akan “mempan” diberi saran, tapi kalau sudah “diganyang” ramai-ramai oleh “jagal-jagal” kebudayaan, barulah mereka menyadari sepenuhnya bahwa tampil di atas mimbar Taman Ismail Marzuki bukan sekedar untuk gagah-gagahan dan cari nama saja, tapi juga dituntut oleh masyarakat pertanggung jawab nilai dan mutu pertunjukan itu sendiri.

Sumber: Harian Merdeka, 14 Maret 1971.

drama-tv